China Superpower Asia

Komentar Penulis : Ini artikel lama dibuat sewaktu kuliah dulu. Coba silahkan baca artikel di bawah ini, masih cukup relevan dengan konstelasi politik luar negeri saat ini meskipun ini dibuat pada tahun 1999 ketika Jiang Je Min masih menjabat Presiden RRC dan Bill Clinton masih menjabat Presiden AS.”

Tidak membalas telepon presiden AS diperlukan keberanian yang cukup tinggi dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh Presiden Jiang Ze Min karena kekesalannya atas NATO yang membom salah sasaran ke kedubes RRC. Kekuatan inilah yang hanya dimiliki seorang Jiang yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Dari sini juga kita bisa melihat betapa pentingnya peranan RRC dalam percaturan politik Internasional. Bill Clinton pun harus cepat-cepat meminta maaf kepada Cina yang sudah keburu berang akan kesalahan AS (NATO) yang katanya mempunyai peralatan canggih dan peralatannya tidak akan pernah keliru dalam menyerang suatu sasaran. Akan tetapi kenyataannya peralatan canggih yang tak pernah salah akhirnya salah juga. Rakyat Cina juga sudah terburu-buru menuduh AS karena AS dituduh sengaja membom kedubes Cina di Yugoslavia.

Setelah era perang dingin berakhir, praktis AS hanya mempunyai saingannya yaitu RRC, yang mempunyai kekuatan tempur hampir sama dengan AS walaupun AS tetap masih teratas dalam tekhnologi persenjataan. Selain AS dan Rusia yang mempunyai hulu ledak nuklir yang jumlahnya cukup banyak, RRC juga mempunyai hulu ledak nuklir yang cukup banyak pula. Mengapa RRC masih menjadi sorotan ?
Hal ini disebabkan Rusia sudah menjadi negara yang lebih demokratis dan netral, ketimbang RRC yang masih komunis dan masih menggunakan kekuatan militer untuk mengancam musuh-musuhnya seperti Taiwan. Walaupun RRC menegaskan bahwa RRC tidak akan menggunakan kekuatan militernya dalam menyelesaikan masalah dan bersifat netral.

Hal ini terlihat dalam sidang-sidang DK PBB, RRC banyak bersikap netral dalam memberikan suaranya dalam penyelesaian persengketaan internasional salah satu contohnya adalah kasus Timor Timur di Indonesia. Kebudayaan Cina sudah dikenal merupakan salah satu kebudayaan tertua di Asia.

Tidaklah heran bahwa orang-orang Cina sudah mengenal tekhnik bangunan yang sangat tinggi. Lihatlah tembok besar yang dibangun pada abad 3 SM sejak masa Dinasti Chin yang menunjukkan kebesaran kebudayaan Cina pada masa lampau, meskipun beberapa bagian tembok besar pernah dihancurkan oleh Mao Tze Tung pada masa revolusi kebudayaan tahun 1976. Penemuan bubuk mesiu, kertas, astronomi, obat-obatan bahkan resep masakan tertua diduga berasal dari Negara dengan sebutan Tiongkok ini menunjukkan bahwa tekhnologi bangsa Cina sudah dikenal cukup tinggi. Wilayahnya bermula hanya dari sepanjang sungai Yang Tze pada awal peradaban dimulai sampai pada masa kejayaan Dinasti Manchu yang wilayahnya meliputi semenanjung Korea di barat sampai Kyrgyzstan di timur, sedangkan wilayah Indo Cina di selatan dan wilayah mancuria di utara. Walaupun pada masa sekarang sebagian daerah memisahkan diri dari Cina seperti Korea, Indo Cina dan Asia Timur.

Masa Lalu Cina Yang Buruk.

Cina pada masa lalu mengalami banyak masa keemasan meskipun Cina merupakan negara yang penuh gejolak dari dinasti ke dinasti sampai akhirnya harus takluk pada kekuasaan Mongol pada abad 12. Sistem politik dan ketatanegaraan yang begitu baik membuat Eropa kagum kepada Cina, bahkan para diplomat Inggris sengaja datang ke Cina juga untuk mempelajari sistem kerajaannya dan membawanya ke negaranya untuk dipelajari. Pada saat Marcopolo menginjak kakinya di Cina yang pada waktu itu dijajah oleh bangsa Mongol, Marcopolo terkesan dengan kemajuan yang dialami oleh negara tirai bambu ini. Negeri ini tidak akan pernah sepi dari para pedagang yang terus datang membanjiri ke negeri ini yang tidak lain adalah hanya untuk berdagang maka tidaklah heran negeri ini terdapat jalur sutera yang terkenal itu. Para pedagang dari barat rela berbulan-bulan datang ke negeri ini hanya untuk membeli sutera dan keramik yang memang merupakan komoditi terkenal dan tergolong mahal jika dijual di negeri asalnya.

Pada masa era kolonialisme barat, negeri tirai bambu ini tetap merupakan salah satu negara yang menguntungkan sehingga tidaklah heran negeri ini menjadi incaran untuk masuk dalam daftar negara jajahan oleh pihak barat termasuk Jepang. Ketidakstabilan negara inilah yang membuat satu demi satu wilayah Cina diambil satu persatu oleh pihak barat. Hongkong dan Macau merupakan salah satu korban kolonialisme barat. Walaupun begitu pihak penjajah menyadari bahwa sulit untuk menaklukan ‘seekor naga besar’ tanpa bantuan dari negara-negara lain. Mungkin di antara kita pernah menonton Kung Fu Master, yang menceritakan bahwa ada 7 negara (Jepang, Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, Jerman dan Portugal) yang harus bersekutu untuk menaklukkan Cina.

Hal ini memperlihatkan bahwa memang begitu sulit untuk menaklukan negara ini. Belum lagi Inggris yang sengaja menjual opium untuk merusak moral rakyat Cina sehingga menimbulkan korupsi di mana-mana akibat berkolusi dengan para pedagang Inggris. Satu demi satu wilayah Cina diambil alih oleh barat mulai dengan Korea yang dikuasai oleh Jepang, Indo Cina dikuasai oleh Perancis, Hongkong disewa oleh Inggris, Macau disewa oleh Portugal, Kepulauan Ryuku yang menjadi rebutan antara Jepang dan Rusia. Mungkin hanya Amerika saja yang tidak mengambil wilayah Cina, tetapi juga tidak menentang tindakan para sekutunya.

Sampai puncaknya, Cina harus kalah dalam perang melawan Jepang. Belum lagi pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri yang membuat Dinasti Manchu harus mengakhiri kekuasaannya. Walaupun tidak semua wilayah Cina dikuasai oleh barat (terakhir Jepang pada Perang Dunia II), namun secara politik Cina dipojokkan oleh barat dan Jepang dan tidak mempunyai sekutu sama sekali. Inilah masa suram Cina sehingga orang Jepang sering menyebut Cina “Pesakitan Dari Timur”.

Reformasi membawa Cina ke arah Modernisasi.

Kebobrokan pemerintah kekaisaran Cina, membuat banyak pergolakan di mana-mana, dimulai dari pemberontakan yang paling radikal yaitu “Boxer Rebellion” sampai reformasi yang dicetuskan oleh Dr. Sun Yat Sen yang ingin mengganti Cina menjadi Republik dan hal ini terwujud pada tahun 1912-1949. Jalan modernisasi Cina memang tidaklah mudah seperti yang dibayangkan. Cina harus menghadapi ancaman dari imperialisme barat khususnya Jepang yang begitu ambisi untuk menekan Cina. Meskipun pada Perang Dunia I Cina menjadi pemenang karena berpihak kepada sekutu akan tetapi ternyata AS yang berharap akan membela Cina dalam menghadapi tekanan Jepang justru tidak membela Cina sehingga Cina menolak menandatangani Perjanjian Versailles.

Kekecewaan rakyat akan pemerintah pada modernisasi awal ternyata masih terus berlangsung karena tekanan dari luar terasa amat besar dan pemerintah yang lembek terhadap intervensi asing. Kejadian ini membuat rakyat Cina merasa lebih baik berpihak kepada komunis daripada nasionalis. Oleh karena itulah maka Partai Komunis Cina (PKC) berhasil memaksa Kuomintang (KMT) pindah ke Taiwan.

Maksudnya memang untuk membuat Cina lebih maju daripada negara lain, akan tetapi Mao merubah Cina ke arah radikal. Sehingga tidak sedikit pula yang menentang kebijakan-kebijakan dia yang begitu kerasnya. Revolusi Kebudayaan yang dicetuskan bukan membuat Cina menjadi lebih baik, tetapi membuat Cina menjadi lebih terpuruk dan dikucilkan dari dunia internasional bahkan dari Uni Soviet yang selama ini mendukung PKC.

Tidaklah heran Cina menjadi terpencil dalam pergaulan internasional kecuali dengan Albania. Akan tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena Cina berpihak kepada Gerakan Nonblok yaitu suatu gerakan yang tidak mendukung blok barat maupun timur. Sejak meninggalnya Mao, Cina mejadi lebih terbuka terhadap barat. Kunjungan bersejarah Presiden Richard Nixon pada tahun 1972, menetapkan Cina menjadi anggota tetap DK PBB yang mempunyai hak veto untuk menggantikan Taiwan serta AS setuju untuk menarik pasukannya dari Taiwan. Sejak terbukanya RRC, satu demi satu negara mengadakan hubungan dengan RRC. Jepang yang selama ini menjadi musuh Cina akhirnya pulih pada tahun 1972. Semenjak itu Cina menjadi negara yang lebih terbuka kepada barat, tetapi walaupun begitu Cina masih tetap berhati-hati dalam hubungannya dengan barat.

Dari pesakitan sampai negara yang ditakuti.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita, tentang masa lalu Cina yang begitu suram. Kekalahan demi kekalahan terjadi dalam perjuangannya melawan imperialisme bahkan walaupun Cina dalam Perang Dunia I memihak sekutu, Cina masih tetap dirugikan. Perang Dunia II, Cina masih tetap memihak sekutu dalam melawan Jepang, akan tetapi ternyata peran Cina dalam perang melawan Jepang pun tidak membuat Cina mendapatkan keuntungan berarti dan tidak terlalu diperhitungkan sebagai pemenang besar seperti layaknya AS & Inggris.

Semenjak Cina membuka dirinya terhadap dunia internasional, Cina kebanjiran investasi dari luar negeri walaupun cakupannya terbatas. Ekonomi Cina yang dulu terpuruk akibat kebijakan Mao yang radikal sedikit demi sedikit meningkat. Banyak gedung-gedung bertingkat dibangun. Mobil-mobil mewah pun sudah dapat dilihat di RRC. Sedikit demi sedikit pengaruh barat mulai terasa, hal ini terlihat dari gaya hidup anak-anak muda RRC terutama Shanghai. Belum lagi Hongkong yang merupakan salah satu pilar ekonomi Asia jatuh ke pangkuan RRC diikuti oleh Macau. Walaupun Cina tidak maju pesat sepesat Jepang dalam hal ekonomi akan tetapi setidaknya RRC masih merupakan negara berdaulat yang masih belum terdapat campur tangan asing dibandingkan Jepang yang dulunya merupakan negara yang kalah perang. Tidaklah heran jika Jepang tidak diijinkan untuk mempunyai tentara dalam jumlah banyak serta peralatan tempur yang juga dibatasi, belum lagi pengiriman tentara keluar negeri juga dilarang hingga saat ini, meskipun demikian Jepang dalam pertahanan dalam negeri dibantu oleh AS akibat larangan-larangan dalam pengembangan militer.

Reformasi dan modernisasi ini begitu terasa sampai puncaknya pada masa pemerintahan Presiden Deng Xiao Ping, walaupun dia sempat ‘digoyang’ oleh 10,000 demonstran pro demokrasi sehingga meletuslah Peristiwa Tiananmen yang membuat RRC sempat dikecam oleh AS. Maka tidaklah heran filosofi “Tidak peduli kucing hitam atau putih yang penting bisa menangkap tikus” yang dicetuskan oleh Deng Xiao Ping dijalankan sampai Presiden Jiang Ze Min yang menggantikannya.

Bukan hanya itu saja, kemajuan RRC juga ditunjukkan dalam dunia olahraga dunia yang membuat RRC bisa unjuk gigi di dalam percaturan dunia internasional. Baru-baru ini pada Ompiade Sydney 2000, RRC menetapkan diri sebagai terkuat di Asia dan terkuat ketiga di dunia bahkan sempat menahan laju Rusia. Ambisi RRC untuk menjadi tuan rumah Olympiade 2008 pun begitu besar walaupun harus berhadapan dengan Perancis yang ingin menjadi tuan rumah.

Belum lagi proyek-proyek mercusuar seperti : Pembangunan Bendungan Raksasa terbesar di dunia yang terletak di sepanjang sungai Yang Tze yang jika terwujud akan menghasilkan tenaga listrik yang setara dengan puluhan reactor nuklir, kemudian program antariksa RRC yang berhasil meluncurkan roket Long March baru-baru ini dan ambisinya untuk mengirim taikonot (sebutan Astronot bagi AS, Kosmonot bagi Rusia) ke bulan. Pertumbuhan militer Cina pun juga begitu besar dari tahun ke tahun, membuat pihak barat khawatir akan RRC yang mungkin sewaktu-waktu mengancam.

Hal ini dapat dimengerti karena Tentara Pembebasan Rakyat Cina merupakan terbesar di dunia (2.9 juta), belum lagi peralatan militernya dan tekhnologi nuklir yang dimiliki Cina merupakan terbesar di Asia bahkan merupakan salah satu terbesar di dunia setelah AS dan Rusia. Maka tidaklah heran jika pada saat Taiwan memilih Cen Sui Ban menjadi Presiden Taiwan, RRC melakukan ancaman akan menyerang Taiwan dengan latihan perang-perangan di dekat selat Taiwan.
Kejadian ini memaksa AS mengirim kapal induknya ke Taiwan meskipun Cina mengancam AS. Jepang juga khawatir akan kecipratan jika perang antara kedua Negara seteru lama ini terjadi. Bukan hanya Taiwan saja, Cina terkadang harus bersitegang dengan India, juga dengan negara Asean sekalipun karena masalah perebutan kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan. Dan lagi-lagi Cina membawa militer untuk membela kepentingannya.

Amerika Serikat Vs Cina (Between Love And Hate).

Hubungan AS dengan Cina semenjak kedatangan Presiden Nixon memang baik-baik saja, apalagi seperti yang pernah disinggung di atas bahwa Cina mendapatkan posisi anggota tetap DK PBB yang merupakan posisi elite dalam Organisasi PBB.

Most Favour Nation (MFN) juga menandakan bahwa RRC mendapatkan perhatian khusus dari AS dalam bidang perdagangan, mengingat investasi yang menguntungkan di RRC karena jumlah penduduk RRC terbanyak di dunia. Meskipun demkian hubungan Cina dan AS masih belum stabil seperti yang dibayangkan. Kejadian Tiananmen pada tahun 1989 membuat Cina harus dikecam oleh dunia internasional termasuk AS yang terpaksa harus membekukan hubungan diplomatiknya dengan RRC.

Ketika hubungan AS dengan RRC pulih sedikit demi sedikit, lagi-lagi harus retak lantaran AS (NATO) salah membom sasaran sehingga mengenai Kedubes RRC di Yugoslavia (1999). Tidak kurang 3 staff kedubes meninggal dan 20 orang luka-luka akibat salah sasaran ini.

Demonstrasi di seluruh Cina pun meledak, lagi-lagi ribuan mahasiswa Universitas Beijing turun ke jalan dan melempar batu ke kedubes AS, padahal dulu mereka juga yang berteriak Demokrasi dengan mencontoh AS (Kejadian yang ironis/menggelikan ini terjadi karena menurut Professor Jia Qingguo, Dekan Studi Internasional dari Universitas Beijing mengatakan bahwa 10 tahun yang lalu mereka (mahasiswa) mencintai demokrasi ala Amerika yang dipercaya akan membawa negaranya ke dalam kemajuan yang pesat, akan tetapi tahun demi tahun mereka melihat runtuhnya Rusia yang juga ‘gara-gara demokrasi’ dan juga penyerangan barat terhadap pelaksanaan HAM di RRC membuat mereka lebih mencintai keadaaan Cina seperti sekarang ini yang justru bahkan lebih kuat dibanding 10 tahun yang lalu). Tidak kurang kata-kata “Go To Hell USA”, “Down With America” begitu lantang terdengar. Nasionalisme pun tumbuh hanya dalam waktu tiga hari membuat rakyat seluruh negeri membenci AS. Meskipun Clinton langsung meminta maaf setelah kejadian salah sasaran terjadi.

Mungkin AS gerah melihat RRC hanya diam saja melihat rakyatnya marah dan terus menyerang kedubes AS, sehingga AS pun juga melancarkan tuduhan mata-mata kepada AS. Untung saja kejadian ini tidak berlangsung lama karena hubungan kedua belah pihak bisa mencair sedikit demi sedikit walaupun Cina tertunda untuk masuk menjadi anggota WTO. Begitulah hubungan Cina dan AS yang terkadang mereka akrab tetapi juga bisa saling membenci setiap saat. Hampir setiap waktu Cina dituduh melakukan pelanggaran HAM, tetapi hampir juga setiap waktu AS dituduh ikut campur dalam negeri.

Para analis mengkhawatirkan akan terjadi era perang dingin kedua karena memang setelah perang dingin berakhir dengan ditandai bubarnya Uni Soviet praktis hanya Cina yang sepertinya menjadi saingan AS. Cina dalam menanggapi kecurigaan dan ketakutan akan agresi Cina, menegaskan akan kebijakan luar negeri yang bersahabat dan menegaskan pula bahwa penambahan kekuatan militer hanya semata untuk pertahanan diri. Belum cukup, Cina sedikit demi sedikit menurunkan anggaran belanja militer.

Hubungan RRC dengan negara lain.

Sudah ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, Cina telah mengadakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain baik itu Asia maupun Eropa. Tetapi baru abad 16, Cina mengalami kebanjiran tamu-tamu dari Eropa yang ingin mengadakan hubungan dagang dengan Cina terutama Inggris yang ingin sekali berdagang secara bebas di negeri ini. Setelah komunis berkuasa di negera ini, praktis RRC berhubungan dengan Negara yang mempunyai satu ideologi dengannya seperti Uni Soviet meskipun pada akhirnya karena ketidakcocokan akhirnya Uni Soviet pun menjadi seteru sama halnya seperti AS dan Eropa serta Jepang. Satu-satunya negara Eropa yang dapat berhubungan hanyalah Albania. RRC pun praktis berhubungan diplomatic dengan negara-negara Asia dan Afrika. Pada konferensi Asia – Afrika di Bandung dan KTT Gerakan Non Blok, Cina mengambil peranan cukup penting. RRC seakan menjadi pelindung bagi Asia yang dihimpit antara Blok Barat dan Timur.

Hubungan RRC dengan Eropa.

Investasi Eropa di RRC memang cukup banyak. Kita bisa lihat investasi Nokia dari Finlandia merupakan terbesar. Eropa dan RRC praktis tidak pernah berseteru karena hubungan keduanya masih sangat baik meskipun RRC mengalami masa yang suram dengan Eropa khususnya Inggris. Titik berat hubungan RRC dengan Eropa adalah hubungan perdagangan mengingat RRC merupakan peluang pasar terbesar di dunia karena jumlah penduduknya yang sangat banyak. Hubungan RRC dengan Rusia.

Pada waktu dimulainya perang dingin, Uni Soviet (sekarang Rusia) pernah menjalin hubungan yang akrab dengan negeri lahirnya Stalin. Uni Soviet sering mengirim tenaga ahlinya ke RRC dan memberikan bantuan ke RRC untuk membangun negaranya, akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena perbedaan ideologi yang ternyata RRC lebih radikal dalam penerapan ideologi komunisnya ketimbang Uni Soviet. Akan tetapi setelah RRC tidak diperintah oleh Mao Tze Tung praktis RRC sudah berubah dalam kebijakan luar negerinya yang lebih terbuka. Hubungan dengan Uni Soviet mencair bahkan dengan bubarnya Rusia, RRC menjalin hubungan lebih erat lagi dengan Rusia. Perjanjian keamanan perbatasan, pembelian peralatan militer dari Rusia, latihan militer bersama sampai pada pakta pertahanan bersama kedua negara merupakan salah satu bukti bahwa RRC bermesraan dengan Rusia. Rusia pula yang turut mendukung RRC pada waktu RRC terkena bom nyasar oleh AS pada tahun 1999.

Berikut ini dibahas juga tentang hubungan RRC dengan negara-negara kunci di dunia termasuk juga Indonesia yang memang akhir-akhir ini kembali mengakrabkan kembali hubungannya yang pernah terputus :

Hubungan RRC dengan Jepang.

Masih terngiang-ngiang di ingatan orang Cina, bahwa Jepang pernah membantai puluhan ribu rakyat Cina di Nanking dan masih ingat juga bahwa Jepang pernah membantai ribuan warga Beijing dan meninggalkan Beijing menjadi kota yang penuh sampah. Dendam ini masih terbawa-bawa bahkan sampai sekarang meskipun sudah terdapat pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara pada tahun 1971. Jepang memang bersedia mengganti rugi kerugian perang yang ditimbulkan oleh Jepang sebesar 1 milyar dollar akibat penjajahan Jepang atas Cina, akan tetapi luka lama itu masih tetap membekas sampai sekarang. Barang-barang Jepang masih terus diproteksi ketat oleh RRC, meskipun baru-baru ini Toyota diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk menanamkan investasinya. Jepang sekarang memang praktis bukan ancaman lagi bagi RRC dalam hal militer, akan tetapi dalam bidang ekonomi RRC masih merasa terancam akan hegemoni ekonomi oleh Jepang. Perkembangan militer, percobaan nuklir dan uji coba misil oleh RRC membuat Jepang khawatir kalau-kalau negaranya diserang oleh RRC karena Jepang sendiri tidak mungkin bisa lagi mengembangkan kemampuan militernya mengingat Jepang terikat suatu perjanjian militer pada saat Jepang kalah PD II. Kedekatan Jepang dengan AS membuat khawatir dan iri RRC terhadap kedekatan mereka. Hal ini terus dirasakan hingga saat ini.

Hubungan RRC dengan Pakistan.

Pakistan memang merupakan mitra dagang dalam penjualan militer yang cukup besar. RRC lah yang selama ini menjadi pemasok utama peralatan militer ke Pakistan berikut ekspor senjata nuklir ke negara ini. Dukungan RRC terhadap Pakistan inilah yang membuat India menjadi berang terhadap RRC. Bagaimana tidak berang karena Pakistan menggunakan kekuatan militernya untuk mengambil kashmir yang nyata-nyatanya peralatan tempurnya berasal dari ‘sang naga’. Mungkin RRC lah yang sebenarnya bertanggung jawab dalam perlombaan senjata nuklir kedua negara seteru ini.

Hubungan RRC dengan India.

Hubungan yang tidak begitu baik mungkin hanyalah India selain Taiwan. Hubungan ini memburuk lantaran RRC mencaplok Tibet pada tahun 1950 an dan usaha India menyembunyikan Dalai Lama dari ancaman RRC. Belum lagi masalah perbatasan yang masih mengganjal meskipun tidak begitu esensial. Dan hal ini dipicu dengan dukungan RRC terhadap Pakistan dengan penjualan peralatan militer ke Pakistan. Padahal India dulunya merupakan salah satu pelopor gerakan non blok. Maka tidaklah heran pada ulang tahun negara RRC ke 50, RRC memamerkan kekuatan militernya lengkap dengan kekuatan nuklirnya dibalas oleh India yang juga memamerkan roket berhulu ledak nuklir pada ulang tahun merdekanya India dari Inggris.

Hubungan RRC dengan Korea.

Pada akhir PD II, RRC diberi kesempatan untuk menguasai Korea Utara untuk kemudian dimerdekakan di kemudian hari. Namun ketegangan meletus antara kedua Korea tersebut karena perbedaan ideologi sehingga meledaklah perang Korea pada tahun 1950. Korea Utara yang dibantu oleh RRC berhasil menguasai sebagian Korea Selatan sampai akhirnya AS harus turun tangan membantu Korea Selatan yang hampir saja kalah perang. Tetapi akhir-akhir ini, RRC juga membantu proses perdamaian dua Korea yang berseteru ini. Meskipun demikian AS tetap berhati-hati dan tetap menempatkan pasukannya di Korea Selatan.

Hubungan RRC dengan Taiwan.

Sejak larinya pemerintahan Kuomintang (KMT) ke Taiwan, praktis kedua Negara bermusuhan. Masing-masing menganggap dirinya paling sah memimpin negara Cina. RRC menganggap Taiwan sebagai propinsi pembangkang, akan tetapi Taiwan menganggap RRC tidak layak memerintah negara Cina karena kudeta terhadap dirinya. Mungkin yang paling perasaan dilematis adalah AS yang menjadi sorotan kedua negara. Di saat AS dekat dengan Taiwan, RRC protes dan berang. Begitu juga pada saat AS dekat dengan RRC, Taiwan mengajukan protes. Latihan militer di selat Taiwan sering menjadi sorotan dunia dan perasaan takut akan menjadi perang terbuka antara Taiwan dan RRC. Meskipun demikian banyak kalangan percaya RRC hanya gertak sambal. RRC tidak akan berani menyerang Taiwan karena Taiwan masih dijamin keamanannya oleh AS. Taiwan juga kesal karena hubungan antara kedua negara bukan melalui hubungan negara dengan negara, menanggapi hal ini RRC pun bereaksi keras dengan mengancam akan menyerang Taiwan. Apalagi Partai KMT kalah dalam pemilu oleh Partai Independen dengan terpilihnya Cen Sui Ban menjadi presiden Taiwan. Sekali lagi RRC mengancam akan menyerang Taiwan jika Cen Sui Ban bersikeras untuk menyatakan kemerdekaan Taiwan. Masalah inilah yang mengganjal penyatuan semua wilayah Cina dengan sistem “Satu Negara Dua Sistem” yang ternyata Taiwan menolak usulan ini. Perlu diketahui RRC dan Taiwan masih melakukan hubungan dagang meskipun melalui Hongkong.

Hubungan RRC dengan Asia Tenggara.

Pada setiap pertemuan ASEAN, RRC selalu diundang untuk menjadi tim peninjau ASEAN, mengingat peranan RRC cukup besar di Asia Tenggara. Tetapi yang menarik adalah RRC turut dalam perseteruan perebutan pulau Spratly yang konon mempunyai cadangan minyak terbesar. RRC sempat membuat suasana menjadi panas karena RRC menempatkan pasukannya di pulau tersebut. Perlu jujur diakui bahwa semenjak Presiden Soeharto berkuasa, ASEAN masih merupakan kekuatan yang solid di Asia Tenggara. Politik “Tidak ikut campur urusan dalam negeri orang lain dan tanpa intervensi luar negeri” begitu kuat di kawasan ini, akan tetapi setelah Asia Tenggara dihantam krisis dan Presiden Soeharto mundur dari jabatan presiden di Indonesia, keadaan kawasan ini berubah. Sesama negara ASEAN mulai mengomentari urusan dalam negeri mereka masing-masing. Contohnya adalah PM Malaysia Mahatir Mohammad menahan  mantan deputi PM Anwar Ibrahim beberapa waktu yang lalu mengundang komentar keras beberapa negara ASEAN, padahal dulu itu merupakan sesuatu hal yang tabu. Tak kurang Amerika Serikat juga turut intervensi dalam kawasan ini, begitu pula RRC yang merasa campur tangan Amerika Serikat berbahaya bagi kepentingan RRC di kawasan Asia Tenggara. Terjadilah tarik menarik antara dua kekuatan adikuasa dunia antara AS dan RRC.

Hubungan RRC dengan Timur Tengah.

Hubungan RRC dengan Timur Tengah sebenarnya biasa saja. Jarang sekali terjadi selisih dengan negara Timur Tengah karena RRC lebih bersikap netral dalam mengambil sikap. Timur Tengah sendiri sibuk dalam perjuangan mereka dengan Israel karena gerakan Zionisme di Palestina. Walaupun netral diduga RRC menjadi pemasok senjata-senjata di sana bersamaan juga dengan Rusia.

Hubungan RRC dengan Afrika.

Sama seperti halnya Timur Tengah, hubungan dengan Afrika biasa-biasa saja. Dulu PM Zhou En Lai pernah berkeliling di Afrika dalam mensosialisasikan gerakan “Great Leap Forward”.

Komentar penulis : “Sekarang-sekarang ini justru Presiden Hu Jian Tao rajin pergi ke Afrika untuk negoisasi minyak dan hasil bumi untuk kebutuhan energi Cina. Cina lebih diterima Afrika ketimbang Barat”

Hubungan RRC dengan Indonesia.

Akibat G30S/PKI, hubungan diplomatik RRC dengan Indonesia terputus. Padahal mereka pernah berhubungan mesra karena kesamaan pikiran dalam menghadapi imperialisme barat. Poros Jakarta – Peking – Pyongyang merupakan salah satu bentuk kerja sama yang digunakan Indonesia untuk menentang Inggris dan Amerika. Pres. Soekarno sendiri menjadi lebih dekat dengan pihak komunis, walaupun Pres. Soekarno pernah mengatakan bahwa Soekarno tidak menganut segala bentuk isme di dunia termasuk kapitalisme dan komunisme. RRC juga pernah memberikan bantuan senjata serta tenaga ahlinya ke Indonesia dan membantu berkembangnya PKI di Indonesia.

Pada tahun 1992, hubungan diplomatik kedua negara pun menjadi pulih. Sebelumnya Indonesia pernah mengadakan hubungan dagang dengan RRC walaupun tidak resmi dan bersifat tertutup. Pada saat terjadi kerusuhan SARA bulan Mei 1998, RRC mengecam akan terjadinya pelanggaran terhadap etnis tionghoa walaupun Taiwan bereaksi lebih keras lagi. Semenjak zaman reformasi, hubungan RRC dengan Indonesia menjadi seakan lebih dekat lagi. Hal ini disebabkan Indonesia dan RRC mengalami nasib yang sama yaitu dituduh melakukan pelanggaran HAM. Apalagi Presiden KH Abdurahman Wahid mencetuskan ide untuk membentuk kerja sama ekonomi, politik dan militer antara RRC Indonesia – Jepang – Singapore dan India, meskipun hal ini sulit terwujud karena masing-masing negara masih berbeda pandangan.

Cina pada masa yang akan datang.

Bidang Ideologi.
Seperti diramalkan kebanyakan pengamat bahwa RRC sedikit demi sedikit akan berpikiran modern dan meninggalkan sikap radikalnya. Meskipun demikian para pengamat mengatakan Komunisme Cina masih tetap akan berlaku demi penyatuan negeri Cina akan tetapi komunisme hannyalah sebagai lambang saja. Pernah seorang wartawan Kompas pergi ke RRC dan bertemu dengan seorang sekjen Partai Komunis Cina setingkat desa. Wartawan tersebut bertanya : “Bagaimana dengan komunisme di Cina ?”. Sekjen partai itu malah tertawa : “Menurut kamu bagaimana ? Sebab komunisme di sini hanyalah sebuah nama saja, kamu malah bisa lihat sekarang makin banyak saja orang-orang kapitalis (kaya) di Cina sama seperti halnya saya.” Percakapan di atas justru menjadi amat lucu jika kita melihat bahwa di buku-buku pelajaran seperti PSPB (Perjuangan Sejarah Perjuangan Bangsa), Pancasila dan Sejarah menganggap komunisme merupakan ancaman bangsa dan menunjuk Cina sebagai ancaman ideologi bangsa. Karena memang komunisme bukan lagi merupakan jaman lagi di dunia saat ini, walaupun RRC sekalipun yang masih memegang paham komunisme.

Bidang Ekonomi.

Meskipun RRC belum masuk dalam organisasi elite dunia seperti G-7 (sekarang di G-8), tetapi diprediksikan bahwa setelah RRC masuk WTO, perekonomian RRC akan tumbuh dengan pesat apalagi dengan kembalinya Hongkong ke pangkuan RRC pada tahun 1997. Hongkong merupakan suatu kekuatan ekonomi terbesar di Asia. Daerah bekas koloni Inggris memang merupakan daerah koloni terbaik yang dikembangkan oleh Inggris dibandingkan daerah koloni yang lain. Betapa tidak ? Hongkong dengan pusat penjualan saham-saham terbesar baik dunia dan Asia ada di sini.

Komentar penulis : Sekarang G-7 sudah menjadi G-8 karena Rusia sudah resmi menjadi anggota

Hongkong juga merupakan pusat salah satu perfilman dunia selain Holywood dan merupakan tempat asal artis ternama yaitu Jacky Chen. Penyatuan Hongkong Bank dan Shangai Bank menjadi HSBC merupakan salah satu contoh juga betapa HSBC menjadi penyokong perekonomian RRC karena HSBC memiliki aset terbesar di Asia. Cadangan devisa RRC juga tergolong sangat besar (sekitar 10 kali lipat Indonesia).

Barang dagangan dari RRC juga terkenal paling murah di Asia dan Eropa serta cukup berkualitas karena didukung dengan tekhnologi yang baik. Meskipun demikian RRC dituduh melakukan pembajakan terhadap hak intelektual. Tahukah anda bahwa pada saat Sony Playstation 2 diluncurkan, ternyata hacker RRC berhasil membuka proteksi system Sony Playstation 2 padahal PS2 terkenal system proteksi yang terkenal baik.

Investasi asing pun juga sangat besar di RRC, lihat saja Eropa dan AS menanamkan investasinya di RRC sangat besar diikuti oleh Jepang yang berniat untuk menanamkan investasinya di RRC namun masih terus dihambat karena luka lama. Mungkin jika mau diceritakan tentang masa depan ekonomi RRC di masa yang akan datang akan menjadi panjang untuk dibahas.

Bidang Tekhnologi.

Peluncuran roket Long March pada beberapa bulan yang lalu, menunjukkan bahwa Cina mulai mensejajarkan diri dalam dunia antariksa dunia seperti yang sudah dilakukan oleh dua adikuasa yaitu Amerika Serikat dan Rusia. Asia bahkan Eropa pun kaget dan takjub dengan perkembangan tekhnologi antariksa RRC ini, meskipun mereka harus ketinggalan 20 tahun untuk menjelajahi luar angkasa. Itu merupakan salah satu contoh perkembangan tekhnologi luar angkasa yang dimiliki oleh RRC. Meskipun dalam perkembangan tekhnologi Cina masih di bawah negara adikuasa dunia seperti AS, akan tetapi perkembangan tekhnologi negeri tirai bambu ini merupakan terdepan selain Jepang apalagi dalam tekhnologi militer yang dibantu oleh Rusia. Dan perkembangan ini akan terus berlanjut seiring dengan dihembuskannya nasionalisme yang begitu kuat di negara itu.

Bidang Militer.

Yang menarik dari semua bidang di atas adalah bidang militer, karena bidang inilah RRC menjadi suatu kekuatan yang ditakuti oleh Dunia apalagi Asia tempat negeri ini berada. Perkembangan militer RRC begitu pesat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan populasi negara itu. Tidak kurang 2,9 juta (lihat tabel) rakyat Cina bergabung menjadi Tentara Pembebasan Rakyat sehingga RRC merupakan tentara terbanyak di dunia. Â

Selebihnya RRC masih tetap di bawah AS. Akan tetapi untuk kekuatan Asia, RRC merupakan yang terdepan dibandingkan India. Apakah pada masa yang akan datang RRC akan menjadi kekuatan adikuasa bersamaan dengan AS dan Rusia ? Itu merupakan suatu pertanyaan yang masih dijawab hingga sekarang.

Diakui oleh beberapa pengamat bahwa RRC akan tetapi menjadi suatu kekuatan penting di Asia dan Dunia, walaupun AS tetap merupakan kekuatan utama. Hal ini disebabkan karena pasca perang dingin yang dimenangi oleh AS ketimbang Uni Soviet yang runtuh diikuti pengaruh-pengaruhnya di Eropa Timur selain demokrasi dan kemajuan ekonomi merupakan senjata utama AS sehingga mengapa AS tetap bertahan dalam persaingan dunia.

Tabel Kekuatan Militer kedua negara.

Tabel ini memperlihatkan keberadaan militer Cina pada tahun 1998 yang didapat dari Jane’s Military Analysis and Information Group. Sedangkan Amerika Serikat didapat dari Departemen Pertahanan AS tahun 1999 dan beberapa sumber lain.
Â
Meskipun angka-angka ini merupakan jumlah kekuatan militer, akan tetapi jumlah ini tidak membuat militer Cina sesuai dengan standar kelas dunia. Sebagai contoh, Angkatan Laut Cina didesain untuk pertahanan pantai bukan untuk peralatan tempur strategis.

China United States
Jumlah Tentara 2,972,000 1,370,000
Kendaraan Tempur 20,360 34,725
Pesawat Tempur 5,600 2,626
Kapal Induk 310 (88 sedang dipesan)Â 315 (18 sedang dipesan)
Ballistic Missiles 93 plus 982 (land and sea-based)
Nuclear Weapons Tidak ada data, dipercaya 14,766

Tentara Pembebasan Rakyat berjumlah 2,97 juta merupakan yang terbesar di dunia. Sedangkan RRC mengakui bahwa sistem komunisme merupakan sistem yang sebenarnya sudah usang. Oleh karena itulah RRC sedikit demi sedikit merubah sistem komunisme ke arah yang agak ‘kapitalis’. Komunisme tetap merupakan simbol penyatuan negara demi stabilitas negara yang utuh. Dipercaya atau tidak jika reformasi berlanjut niscaya RRC akan mensejajarkan diri dengan AS.

Tentunya jika RRC menjaga poros Beijing – Moskwa (Rusia) agar tetap terpelihara. Suatu kekuatan Cina adalah Cina bukan merupakan negara yang dibenci oleh Negara-negara musuh Amerika seperti layaknya Rusia terutama Asia. Jika gerakan anti AS meluas sampai keseluruh Asia maka niscaya RRC dan mungkin Rusia akan merupakan mitra alternatif, walaupun menurut pemikiran penulis hal ini sulit karena AS memegang kunci perkembangan dunia karena memang perkembangan tekhnologi dan militer serta ekonomi ada di negara ini.

Paling tidak usulan Presiden Abdurahman Wahid merupakan suatu usulan jitu dan patut untuk dilaksanakan. Gus Dur berkeinginan untuk membentuk persekutuan kerja sama ekonomi dan militer antara Indonesia – Cina – India – Jepang – Singapura. Cina unggul dalam bidang militer begitu pula India. Jepang dan Singapura merupakan suatu kekuatan ekonomi Asia. Sedangkan Indonesia unggul dalam letak geografisnya yang merupakan lintang antara Asia dan Australia. Tetapi seperti yang telah disinggung di atas, adalah tidak mudah untuk mewujudkan persekutan tersebut karena perbedaan masing-masing negara begitu kuat.

Akankah terjadi Perang Dingin II ?

Pertanyaan ini muncul lantaran AS yang salah bomnya salah sasaran ke kedubes Cina di Yugoslavia. Meskipun demikian pertanyaan ini masih relevan untuk dijawab hingga saat ini, mengingat hubungan yang kadang-kadang mesra tetapi kadang-kadang benci antara Cina dan AS.

Sedikit menyegarkan ingatan kita, bahwa meskipun Bill Clinton sudah meminta maaf kepada Beijing perlu waktu lama untuk menghentikan rasa benci rakyat Cina kepada AS. Untungnya hubungan AS-Cina tidak menjadi sangat buruk lantaran sikap yang agak lunak antara kedua negara.

Kejadian “Salah Bom” di atas merupakan awal jawaban apa yang terjadi jika hubungan kedua negara putus. Mungkin pengusiran diplomat AS serta Cina akan terjadi di kedua negara. Daftar musuh AS pun bertambah satu dan kemudian terjadilah sekuel perang dingin. Tentunya RRC akan bersekutu dengan negara-negara musuh AS, Rusia tetap mendukung RRC karena memang Rusia tidak menyukai NATO.

Jepang dan Korsel sudah pasti akan kebanjiran pasukan AS. Malaysia jelas-jelas akan mendukung RRC dan mungkin juga Indonesia yang sudah gerah dengan intervensi barat ke wilayahnya. India diduga akan netral dan mungkin pula mendukung pihak barat (baca AS). Pakistan dan Afganistan melakukan persekutuan juga dengan RRC. Timur tengah diduga juga akan ikut dampak perang dingin kedua negara karena di kawasan inilah mereka berjuang melawan Zionisme Israel yang nyata-nyata Israel merupakan sekutu AS.

Tetapi bayangan yang mengerikan di atas ternyata tidak terjadi dan semoga tidak akan terjadi. Sebab memang RRC dalam kebijakan luar negerinya tidak mau membentuk suatu blok-blok seperti layaknya Uni Soviet dulu. Akan tetapi sedikit demi sedikit dipercaya atau tidak secara implisit RRC menanam pengaruhnya di dunia khususnya Asia yang menjadi pusat perhatiannya. Perlu diketahui pada tahun 1996 diterbitkan buku yang menjadi best seller. Buku tersebut berjudul “China Can Say No” yang merupakan koleksi essay yang ditulis sekitar 5-30 intelektual Cina, jurnalis, sastrawan dan seorang
professor dari universitas. Buku yang bertebal 435 halaman menegaskan dirinya sebagai negara yang tidak akan mudah didikte oleh negara seperti Inggris, AS dan Jepang sertanegara-negara lain.Â
Penulis beragumen bahwa Cina merupakan suatu kekuatan dunia yang memang tidak sepatutnya tunduk kepada negara-negara di atas.

Perang dingin mungkin tidak akan terjadi, tetapi perang urat syaraf akan terus terjadi. Menurut CNN – Special Report, semenjak kejadian Tiananmen 1989 Cina selalu menjadi sorotan tentang pelanggaran HAM dan AS selalu mengungkit-ungkit kejadian Tiananmen yang menurutnya merupakan senjata untuk membuat Cina bungkam.

Penutup.

Perang pengaruh antara kedua negara memang terasa apalagi semenjak Asia dihantam krisis. AS (IMF) pun turut mengambil kesempatan dengan menawarkan bantuan-bantuan ke negara-negara yang dihantam krisis seperti Indonesia, Korsel, Thailand, dsb. Namun unik bahwa Cina dan Malaysia menolak bantuan tersebut dengan alasan mereka bisa keluar dari krisis dengan kekuatan sendiri. Hal inilah yang kurang dari negeri kita dibanding Cina, Indonesia yang memang diakui kita tidak mungkin bisa keluar dari krisis tanpa IMF (baca AS).

Kita hanya bisa bernostalgia bagaimana Presiden Soekarno dengan lantang berkata “Inggris kita linggis, Amerika kita setrika !”, “Go to hell USA”. Maka tidaklah heran bahwa sebagian masyarakat kita bangga dengan Soekarno yang berhasil mengobarkan semangat nasionalisme yang kuat di negeri kita. Sekarang semua itu hanya menjadi kenangan belaka mengingat negeri kita bukan saja dilanda krisis ekonomi dan politik, tetapi juga krisis identitas diri. Banyak propinsi ingin melepaskan diri dari kesatuan RI. Tidak kurang Aceh dan Papua (dulu Irian) ingin memerdekakan diri mengikuti mantan saudaranya yaitu Timor Timur.

Nasionalisme hanyalah merupakan slogan semata bukan merupakan gaya hidup di negeri kita. Berbeda dengan RRC yang diakui terlalu otoriter tetapi nasionalisme terasa begitu kuat di negeri tirai bambu. Mungkin ada benarnya PM Mahatir Mohammad mengatakan : “Demokrasi ala barat bukan menuju negeri kita tambah jaya tetapi kepada kehancuran belaka.” Jadi demokrasi semacam apa yang harus kita laksanakan ? Pertanyaan itu baiklah kita lemparkan kepada elite-elite politik kita yang terus bertikai satu sama lain.

Sepertinya negeri kita masih belum berdewasa dalam berpolitik dan berdemokrasi. Sekarang rakyat pun menjadi bingung bagaimana harus memilih. Maka tidaklah heran jika mereka pada akhirnya berpikir : “Orde Baru mungkin lebih baik dari Orde Reformasi”, tetapi sebaiknya kita berhati-hati dalam menanggapi pikiran tersebut.

Akhir kata saya mempunyai pesan hanya satu. “Otoriter tetap berguna jika ada nasionalisme yang kuat, dibandingkan demokrasi tetapi tanpa nasionalisme.Tetapi justru akan lebih baik dan sempurna jika demokrasi terdapat nasionalisme yang kuat.” Ungkapan tadi diucapkan lantaran saya mungkin teman-teman sebangsa & setanah air sudah cape melihat keadaan negeri kita.

Sumber:

Microsoft Encyclopedia – Encarta 2001
CNN – Special Report “Beyond 50 th Aniversary of China”
“The World Military Balance,” published by the International Institute for Strategic Studies
National Resources Defense Council; 1995
Kompas

“Tidak peduli kucing hitam atau putih yang penting bisa menangkap tikus”
Deng Xiao Ping.

21 Replies to “China Superpower Asia”

  1. Saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan HI.
    Saya sangat senang bisa menemukan blog ini. Saya sedang menulis skripsi (saya menyebutnya tesis) mengenai “Reaksi Taiwan atas dikeluarkannya UU anti pemisahan oleh Cina”, dan walaupun memang materi sudah agak banyak, namun yang akurasi materi yang melebihi 85% belum bisa saya temukan. Kalau berkenan mohon bantuan bapak dalam hal Cina-Taiwan ini. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih, mohon maaf jika permintaan saya berlebihan.

  2. tulisan bapak singkat tapi padat,salah satu dari sekian artikel terbaik yang pernah saya baca!saya mahasiswa FISIP Universitas Nasional Jurusan HI yang sedang menyelesaikan tugas akhir skripsi, dengan judul “Kebijakan Luar Negeri RRC terhadap AS, penjualan Senjata Ke Taiwan Periode 2000-2005”, kami sangat memohon kepada bapak untuk bisa membantu materi yang sedang saya tiliti. Sebelumnya saya mohon maaf dan saya ucapkan banyak terima kasih

  3. saya mengucapkan terima kasih atas komentar teman2 semuanya. saya sangat ingin membantu teman2 dlm membuat makalah atau skripsi karena saya sbnrnya hobi jg mengamati perkembangan politik lnternasional. Namun sayangnya saya akhir-akhir ini agak sibuk di kantor karena ada proyek yang harus diselesaikan. Saran saya sebaiknya langsung ke ahlinya…:) Saya hanyalah pengamat biasa…

  4. Saya setuju komunisme di China sudah mulai ditinggalkan rakyatnya. Terbukti sudah lebih dari 20 juta anggota Partai komunis China sekarang mengundurkan diri. Namun meskipun secara ekonomi, China sudah kapitalistik, secara politik penguasa masih mempertahankan komunisme. Sistem satu partai tanpa memberi kebebasan terhadap kelompok politik lain, termasuk kaum oposan, telah membuat PKC semakin mabok kekuasaan. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi China sanat tinggi, tapi di sisi lain rakyatnya tertindas. Kelompok mahasiswa pro-demokrasi, penganut Kristen-Katolik, muslim Uighurs, kaum Tibetan, dan pengikut Falun Gong, adalah korban dari kebuasan PKC. Saya kira banyak sisi kemanusiaan dan HAM yang harus dikorbankan demi ambisi PKC mengejar pertumbuhan ekonomi (yang menurut banyak analis memiliki banyak kelemahan dlm fundamental ekonominya). Kalau begitu terus, saya yakin nasib rejim PKC akan seperti rejim Orde Baru-nya Soeharto, jatuh tak lama lagi. Geliat demokrasi itu sudah mulai terlihat, Tiongkok Baru akan datang.

  5. Aq mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia jurusan Hubungan Internasional 05′, awal nya Aq sangat menyukai studi kawasan Jepang, tetapi setelah membaca artikel ini, saya sangat tertarik dengan studi China. terimakasih telah menjadi insprasi yang berharga untuk Qu.

  6. terima kasih sebelumnya,
    saya mahasiswa hi di sebuah perguruan tinggi swasta di jakarta, tulisan ini cukup membantu saya,
    saya ingin menanyakan apakah anda mempunyai artikel yang lebih spesifik mengenai dinamika hubungan luar negeri Cina terhadap Rusia.
    terima kasih

  7. Saya mahasiswa smtr 6, dan sedang menyusun skripsi ttg “cina-taiwan, kaitannya dengan pengaruh Ma Ying-jeou thd kebijakan taiwan”. pertanyaan untuk bapak: apakah benar Ma Membawa misi-misi kecinaan terhadap kebijakan taiwan? maklum dilihat dari ideosinkrasisnya Ma memang bukan murni Taiwan,, mohon reverensinya!! terimakasih.

  8. Buat bung Hatta :
    Thank’s buat komennya

    Ma memang bukan murni Taiwan, tetapi kebangsaan Taiwan lahir di Cina daratan. Mengenai hubungannya dengan Cina, terakhir saya baca mengenai pidatonya dia menyatakan bahwa hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Cina tetapi dengan tetap mempertahankan status quo (tidak menuntut merdeka, tetapi tidak juga penyatuan dengan Cina). Saya rasa dia hanya ingin mencairkan ketegangan tetapi belum sampai ingin bergabung dengan Cina karena arus bawah Taiwan belum menyetujui penyatuan dengan Cina.

    Meskipun demikian bukanlah hal yang mustahil Taiwan akan kembali ke pangkuan Cina di bawah kepemimpinan Kuo Min Tang dengan menganut 1 Negara 2 sistem yang ditawarkan Cina, tetapi mungkin sistemnya bukan seperti Hongkong, tetapi cocoknya sistemnya seperti Australia dengan Inggris.

    Semoga penjelasan singkat ini membantu….

  9. Saya tidak suka komunisme, tapi saya sangat setuju dgn konsep satu partai di china (PKC).

    China adalah negara besar, dilihat dari sejarah, jumlah penduduk, sumber daya, Iptek, ekonomi, dll. Hal ini yang menjadi ancaman bagi pihak barat, khususnya AS yang berusaha menjadi satu2nya polisi dunia dan pemimpin dunia terutama di masa pemerintahan Bush Jr.

    Untuk itu satu2nya cara menjatuhkan China adalah dengan memecah persatuan. Divide et Impera.

    Seperti kita ketahui, China adalah negara besar yang terdiri dari berbagai etnik, budaya, agama, dsb. Adalah sangat susah mengatur penduduk dgn jumlah 1,3M dgn berbagai perbedaan tersebut. Alat yang digunakan untuk itu adalah Demokrasi. AS selalu menggunakan isu Demokrasi dan HAM untuk memecah belah China. Seperti prediksi saya, jika China menjadi negara Demokrasi murni, saya yakin 100% tidak bakal ada negara China spt saat ini. Akan banyak propinsi yang minta meredeka berdasarkan etnis dan agama. Akan banyak oknum2 politikus karbitan yang mencari kesempatan dalam kesempitan spt di Indonesia. Apa yang kita dapat dari Demokrasi? Selain dagelan dan kesengsaraan? Rakyat terpecah2, kekerasan dimana2, hukum menjadi lemah, dsb. Ini semua adalah taktik AS untuk melemahkan China, sama halnya saat mereka mengobok2 Indonesia dengan janji Demokrasi dan HAM?

    Kesimpulan saya:
    1. Kunci dari pembangunan dan kekuatan suatu negara ada dikestabilan politik dan ekonomi. Lihat Rusia dan China.
    2. Demokrasi hanya cocok di negara2 yang penduduknya memiliki pendidikan yang tinggi. Tuk negara2 berkembang, Demokrasi hanyalah sebuah mimpi dan alat yang digunakan oleh segelintir orang tuk mencapai keinginan kelompok atau pribadi. Yang tersisa hanyalah Democrazy. Demokrasi hanyalah alat divide et impera pihak barat khususnya AS tuk memecah belah suatu negara tuk menjadi lebih lemah sehingga mudah diatur, contoh:
    – Irak
    – Indonesia
    – Uni Soviet

  10. Saya tertarik dengan artikel yang bapak tulis di atas, saya adalah mahasiswa tingkat akhir Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta yang saat ini sedang menulis skripsi mengenai ‘Tekanan Amerika Serikat terhadap Revaluasi Mata uang Yuan Cina pada tahun 2005″ Apakah bapak mempunyai referensi dan sumber mengenai topik tersebut? Saya berharap bapak dapat membantu saya mengenai materi ini. Terima kasih.

  11. sy mahasiswa h.i unri lg nulis skripsi judul”kebijakan luar negeri amerika terhadap kemerdekaan di tibet,tlong donk ks artikel tetang cina dan tibet dan amerika intervensinya

  12. China memang akan di takdirkan sebagai negara adi kuasa menjelang akan datangnya TUHAN YESUS ke dua kalinya ke dunia, seperti dalam kitab wahyu yaitu disebutkan naga sebagai china.

  13. saya mahasiswa HI yg tertarik dengan masalah ancaman Cina terhadap negara dunia pertama seperti AS dan Rusia…
    saya ingin bertanya apakah dengan adanya modernisasi yang dilakukan cina memberikan dampak yang kuat bagi as terutama militer, selain itu pencabutan embargo yang dilakukan AS terhadap cina merupakan salah satu cara membendung perkembangan militer cina…
    mudah2 bapak bisa membantu saya,,selain itu juga dapat memberikan pemikiran baru untuk saya tentang cina…terima kasih

  14. WAAAAAHHHH ,,,, bisa hancur ini DUNIA kalau kedua negara besar itu benar2 berperang …. !!!

  15. Artikel Bapak sangat bagus dan bermanfaat.. ringkas padat dan berisi.. Pengetahuan saya jadi ter-upgrade banyak nih.. thanks ya Pak..

    1. Tiongkok sekarang sudah bukan akan menjadi tetapi sudah menjadi big three superpower di dunia bukan Asia lagi. USA, Rusia dan China adalah 3 superpower dunia saat ini.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.