Setelah 24 Hari dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina akhirnya mantan orang nomor satu di Indonesia yang juga disebut orang “the smiling general” itu akhirnya telah wafat pada hari ini tanggal 27 Januari 2008 pukul 13:10 wIB pada umur 86 tahun.
Semua media baik televisi, internet dan radio memberitakan meninggalnya Presiden Kedua Republik Indonesia. Tidak terkecuali media berita dari luar negeri seperti BBC News, CNN, Reuters, dll memberitakannya di tengah-tengah berita headline “Obama Menang di South Carolina”.
Dari headline yang bernada biasa seperti “Selamat Jalan Pak Harto” dari Kompas.com sampai dengan headline yang bernada agak sinis seperti “Former Indonesian dictator Suharto dies” dari CNN.com. Bahkan tidak luput juga situs Kaskus.us yang merupakan situs komunitas terbesar di Indonesia menampilkan headline “Turut berduka cita untuk meninggalnya Soeharto” yang padahal saya tahu betul di situs tersebut banyak sekali post-post yang berisi kekesalan dan kebencian terhadap Soeharto.
Jika kita ingin menghitung berapa banyak jasa yang beliau lakukan terhadap Indonesia. Mungkin sebagian dari kita bisa menjawab, dimulai dari stabilitas politik & keamanan, swasembada pangan, pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi sampai kesehatan rakyat, kita bisa rasakan jasa-jasanya. Program beliau yang terkenal dan masih saya ingat sampai sekarang adalah Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) maupun sampai Visi & Misi nya negara Indonesia yang tercantum dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara), program yang seharusnya patut ditiru oleh pemerintahan Indonesia sekarang.
Saya sempat merasakannya (baca: kemajuan ekonomi era 80an – 90an) sewaktu masih anak-anak, dimana ketika itu saya merasakan murahnya membeli barang sampai mudahnya membuka usaha, sampai akhirnya saya juga merasakannya kejatuhannya (baca: krisis ekonomi tahun 1997). Sayangnya kemajuan yang dirasakan tidak dibarengi dengan kemajuan yang lainnya seperti kemajuan demokrasi dan hak asasi manusia pada era Orde Baru yang dicanangkan oleh beliau. Sebagai contohnya saya sebagai warga minoritas Tionghoa merasa dibatasi hak-hak kami pada masa pemerintahan Soeharto, dari masalah dilarangnya penggunaan nama Tionghoa sampai dengan dilarangnya perayaan Imlek, sungguhpun hal itu membuat sakit hati kami sebagai warga Tionghoa yang padahal kami berjuang mati-matian berdagang dan berusaha untuk kemajuan ekonomi Indonesia.
Tidak kurang kritikan, hujatan bahkan mungkin sumpah serapah dilayangkan kepadanya karena kesalahan-kesalahannya. Setelah beliau pun bekasnya masih ada seperti masalah pemberangusan kebebasan pers, KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) bahkan sampai dengan pembunuhan massal simpatisan PKI seperti yang diberitakan oleh beberapa surat kabar baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pengadilan perdata mengenai KKN yang ditujukan kepada Yayasan-yayasan yang didirikannya pun masih menyisakan masalah yang belum tuntas sampai kepergiannya. Segala solusi ditawarkan dari kasusnya ditutup sampai solusi maaf, sepertinya belum satu pun solusi itu diputuskan oleh pemerintah.
Sepertinya stigma rasa bersalah itu masih melekat pada diri Pak Harto di tengah-tengah banyaknya jasa beliau pada Indonesia sama seperti layaknya Soekarno yang sampai sekarang masih dituduh sebagai pendukung PKI tetapi juga dituduh sebagai bapak Proklamator Republik Indonesia. Di tengah rasa kekecewaan kita termasuk saya terhadap pak Harto timbul juga rasa simpati terhadap beliau dan penghargaan sebesar-besarnya atas bakti Pak Harto bagi Indonesia.
Oleh karena itu marilah kita memaafkan atas kesalahan yang telah diperbuatnya karena memang manusia tidak ada satu pun yang sempurna termasuk mantan presiden sekalipun seperti Soeharto.
Selamat Jalan “the smiling general”, Presiden Soeharto. Semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.